KALAU sempat melawat ke Inggris, mampirlah ke
Edgware Road. Lokasi ini merupakan bagian dari pusat Kota London.
Penduduk di Edgware kebanyakan berasal dari Arab dan Pakistan. Di tempat
inilah, grup perbankan HSBC membuka kantor cabang bersistem syariah
yakni HSBC Amanah.
Ketimbang negara-negara Eropa lainnya, Inggris
paling dulu merealisasikan sistem keuangan syariah. Awalnya adalah
kelimpahan dana dari negara-negara Timur Tengah saat harga minyak bumi
meroket pada sekitar 2000-an. Jadilah, Inggris bersiap diri untuk
mengolah dana ini.
Dalam catatan, jumlah penduduk London pada 2005
berada di angka 7,4 juta jiwa. Total penduduk Inggris sebanyak 60 juta
orang. Dari jumlah itu, 1,8 juta jiwa beragama Islam. Pemerintah berikut
industri perbankan Inggris melihat kenyataan ini sebagai pasar yang
potensial.
Kekompakan pemerintah dan industri perbankan memang
berbuah. Paling tidak, bank ritel macam Lloyds TSB sudah menyediakan
produk-produk berbasis syariah seperti tabungan serta pinjaman untuk
pembelian rumah. Lloyds TSB adalah bank kelima terbesar di Inggris.
Fakta
menarik disampaikan oleh Noor Ur Rahman Abid yang juga Managing Partner
Assurance & Advisory Services Ernst & Young Middle East pada
Februari tahun ini. Menurut Noor, di Inggris empat hal bergandengan erat
untuk memajukan perbankan syariah. Mereka adalah peran pemerintah,
pengembangan institusi, aturan yang memungkinkan, serta pengembangan dan
proses pembelajaran yang terus-menerus.
Sementara, masih menurut
Noor, hingga 2013, investasi berbasis syariah di dunia bakal mencapai 1
triliun dollar AS. Di samping itu, terang Noor, kelimpahan minyak
membuat di Timur Tengah terdapat dana High Net Worth Individual (HNWI)
yang melampaui 1,4 triliun dollar AS. Juga, ada investasi Sovereign
Wealth Fund (SWF) di atas 2 triliun dolar AS.
Selanjutnya, dari total angka itu, 15 persennya dialokasikan untuk transaksi menggunakan sistem keuangan Islam (Islamic transactions). Terus, 15 persen dari jumlah dana itu bernilai 500 miliar dollar AS.
Jika
dihitung, dana sebesar inilah yang dapat dijadikan peluang bagi sistem
syariah untuk terus-menerus dikelola. Tidak berhenti sampai di situ,
boleh dibilang, pemerintah Inggris, khususnya, doyan berpromosi untuk
menempatkan London sebagai pusat keuangan internasional pula. Dari
situlah, produk-produk berbasis syariah, terlebih bagi warga Muslim
Eropa, didorong ke garis depan.
Tiada tanggung-tanggung,
pemerintah Inggris berani menghilangkan pajak ganda dalam akad murabahah
atau akad jual beli yang mengutamakan kesepakatan antara tempat harga
dan keuntungan antara penjual dan pembeli. Kebijakan ini membuat
produk-produk syariah memiliki nilai kompetitif.
Pemerintah
Inggris pun mereformasi peraturan demi mendukung perkembangan sukuk
(obligasi syariah) yang kini tumbuh pesat. Jauh hari sebelum transaksi
terjadi, pemerintah Inggris membuat aturan yang bersahabat bagi
transaksi keuangan syariah. Langkah lainnya, melalui Financial Services
Authority (FSA) atau lembaga pembuat regulasi dan pengawas sistem
perbankan dan keuangan di Inggris sebagai regulator, memberi kemudahan
sekaligus melakukan efisiensi bagi sistem keuangan Islam.
Sampai
sekarang, di Inggris, terdapat tiga bank yang beroperasi penuh sebagai
bank syariah dan satu perusahaan takaful. Selain itu, semua perusahaan
hukum bisa menangani perkara dalam praktik keuangan Islam. Dengan segala
potensi ditinjau dari sisi finansial, sosial, ekonomi serta regulasi,
ada sebuah peluang besar bagi pertumbuhan yang tinggi.
Pertumbuhan
yang pada ujungnya memberi manfaat bagi konsumen, sekaligus mendorong
Inggris pada umumnya dan London pada khususnya, berposisi sebagai pusat
keuangan Islam yang andal. (Josephus Primus, dari berbagai sumber)